"Marawang" Kearifan Lokal Yang Masih Bertahan Di Gunung Toar

Tradisi Marawang di desa Teberau Panjang

TELUK KUANTAN - Ditengah banyaknya warga tidak peduli dengan lingkungan, ternyata masih ada warga yang concern dengan lingkungan. Hakikatnya, menjaga lingkungan dan kearifan lokal tugas bersama.

Ratusan warga tumpah ruah di embung di Desa Teberau Panjang Kecamatan Gunung Toar, Kabupaten Kuantan Singingi.

Mereka berebut ikan yang dilepas dari embung. Warga setempat mengenal tradisi itu dengan "Merawang". Tua, muda hingga anak-anak pun ikut serta.

Kegiatan turun-menurun itu sampai saat ini masih dilestarikan. Malah dijaga sehingga menjadi kearifan lokal. Bahkan Kepala Desa Teberau Panjang Hendri pun ikut dalam kegiatan melepas tobek atau "merawang", Selasa (6/7/2021).

Tak hanya kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama desa setempat ikut hadir dalam kegiatan itu. Masyarakat pun menyambutnya dengan suka cita.

Setelah ditelusuri, ternyata di balik tra­disi "merawang" tersingkap sebuah upaya untuk melesta­ri­kan lingkungan hidup yang dilakukan berkesinambungan.

Kepala Desa Teberau Panjang Hendri menjelaskan bahwa merawang atau melope tobek adalah membuka genangan embung yang dimanfaatkan masyara­kat sekitar untuk pengelolaan tangkapan ikan.

"Kegiatan ini salah satu kearifan lokal yang dikelola secara bersama-sama dari masyarakat untuk masyarakat," katanya.

Jika dilihat dari segi pelestari­an ling­kungan, kata Hendri, tobek (pematang) ini merupakan eksis­ten­si bersama agar habitat­nya terjaga dengan baik. Seperti tumbuhan, ikan dan udang dapat hidup dan ber­kem­bang biak.

"Sehingga saat musim panen seluruh masya­rakat dapat menikmatinya," katanya.

Selain itu, papar Hendri, "Merawang" menandakan mulainya turun ke ladang atau bercocok tanam padi. Kegiatan ini menciptakan keakraban warga, sehingga tercipta keharmonisan ma­syarakat.

"Merawang itu harus pakai alat tangkapan ikan tradisional seperti Jala, jaring, sokok tangguk sentak, Ngocal (tradisi unik menangkap ikan denagan tangan)," katanya.

Hasil tangkapan warga pun cukup memuaskan. Rata-rata hasil tangkapan ikan gabus beratnya hingga 1 kilogram lebih. Tak hanya itu, penjual minuman dan makanan tradisional pun ikut menerima berkah.

"Sebagian warga ada yang jual minuman dan makanan. Tentu ini meningkatkan ekonomi warga setempat," katanya.

Kegiatan yang digelar dua hari ini kata Hendri, bisa menjadi contoh desa lainnya di Kuansing dalam menja­ga ke­lestarian dan ekosistem lingkungan.

Kedepan lanjutnya, Pemerintahan Desa akan menerbitkan Perdes (Peraturan Desa) tentang pemeliharan tobek pematang dan pembibitan Ikan.

"Hal ini nanti kita akan koordinasikan dengan dinas terkait untuk kelangsungan dan ekosistem lingkungan," katanya.( rls )

Berita Lainnya

Index